Translate

Minggu, 08 Januari 2017

PUISI



PUISI

1.       1. DAHULU TAPI KINI
Kau bilang kami pengecut
Itu tak membuat kami terlarut
Janji kami tak seringan itu kau cabut
Karena sudah tertanam kokoh didasar laut
Persaudaraan kami tak mudah kau renggut

Karena kami tak suka berebut
Apalagi berebut sehelai rambut
Yang selalu membuat manusia tertentu ribut
Akibat tertancap pikiran kabut
Akan sehelai rambut tersebut

Matipun kami tak takut
Sebab hidup dan mati saling terpaut
Tetapi ketika pikiranmu kabut
Bagiku, bagimu dan baginya

Jadi, sesungguhnya apa maksudmu itu?
Tak ingatkah tempo dulu
Kau dan kami adalah kami
Lantas kau tak sadari itu lagi
Kini tibalah maut menjemput
2.   

  2.
AWAN
Seputih kapas di langitkku yang biru
Selembut kain sutra di pagiku yang damai
Berbagai macam bentukmu menarik perhatianku
Entah apa yang ada bersamamu

Terpana mata ini akan keindahanmu
Canda tawa terlepas di atas nan tinggi
Semua menyatu dalam bola raksasa
Bergerak mengikuti arah angin yang sendu

Menuju pegunungan untuk menumpahkan semuanya
Titik air mulai membasahi yang ada di bawah
Merasuk ke dalam tanah yang subur
Bergerak menuju pantai untuk memulai siklus yang baru

3.      3.Dia dan Daun-daun Kering

Dia kasih awan tak berwujud
Dia gemeritik air melambai pilu
Dia getar rasa tak terungkap
Dia suara genta bisu tak terdengar dia untaian kata,rindu,tangis dan tawa
Dia segenggam hasrat terpendam dalam nurani
Dia liku guratan getir sang takdir
Dia sulur liar melambai-lambai , jemu
Dia , dia dan dia
Penantian tak berujung, cinta
Dia hilang, dia pergi
Bersama daun-daun kering

4.      4. SAKURA
Panas mereka lalui
Hujan deras pun mereka alami
Rasanya seperti pahit,pedas,asin,asam,manis
Bagai penderitaan tiada ujung
Tetapi, musim semi telah tiba
Tidak disangka
Mereka jatuh
Dan terbang dengan cepat
Bawa sejuta impian
Keberanian ,kebahagiaan, kesedihan
Tatkala seakan mereka tersambar
Seberkas cahaya
Itu semua
Bekal mereka
Untuk dibawa pergi
Ke suatu cahaya
Cahaya terang besar
Ada yang bercahaya
Ada pula yang remang-remang
Sangat disayangkan
Apabila satu helai itu tidak berusaha
Untuk memasak matang bekalnya
Dan akan menuju ke sebuah cahaya yang remang-remang
Tetapi tidak ada
Tidak ada yang namanya kekekalan
Semua akan pudar
Ketika musim dingin kembali
Disaat semua lahir kembali
Dan membuat cerita-cerita baru lagi
Memasak bekalnya lagi
Untuk dibawa pergi
Masaklah bekal itu
Agar saat jatuh
Bekal itu benar-benar utuh bersamamu
Agar juga tidak lupa
Akan pohon yang melindungimu
Yang menuntun menuju ke suatu cahaya

5.       5. Kuburanku di mana?
Senja menjatuhkan gerimis
Parang dan golok diacungkan tangan-tangan kekar
Menghujam yang sudah dipetikkan
Terhalang meraih jalan itu
Jalan penuh sabuk kekuasaan
Membatasi langkah jelata
Terhalang....
Melawan keegoisan
Seorang renta memohon
Simpuh di kaki yang berlagak panglima
Hanya meminta sejengkal tanah
Tanah dengan tujuan mulia
Tuk menguburkan buah hatinya
Buah hati yang terbujur biru
Vonis HIV,
Didih perih yang berkecamuk
Pun renta itu diarak
Agar manusia lain tahu
Betapa perkasa kuasa adat
Bak langit merah,senja darah.



*SUMBER MAJALAH SABDA 2012-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar